MATERI KEGIATAN
----------------------------------------------------------------------------------------------
TANGGUNG JAWAB REMAJA
----------------------------------------------------------------------------------------------
A. Tanggung Jawab
Seorang ayah termangu di hadapan kepala sekolah. Putranya yang selama ini dia anggap “anak manis” terbukti menghancurkan kaca-kaca mobil sang kepala sekolah. Persoalannya jadi panjang karena selepas mengumbar aksi hooligan-nya itu, si anak berteriak-teriak lantang, “Ayo … siapa berani tangkap gue, artinya bakal berurusan sama babe gue!” Sumber: www.pikiran-rakyat.com Apa yang kalian tangkap dari cerita di atas? Cerita di atas menggambarkan perilaku teman kita yang tidak terpuji. Dia bertindak criminal yang menyebabkan orangtuanya malu. Perilaku teman kita ini adalah sebuah contoh remaja yang tidak bertanggung jawab. Berperilaku buruk, kemudian menjadikan orangtua sebagai tameng dari risiko perbuatannya tersebut. Bagaimana dengan kita? Pada umumnya, tinggi badan kita saat ini sudah hampir mencapai ukuran tinggi badan orang dewasa, namun terkadang perkembangan fisik tersebut kurang diiringi dengan perkembangan perilaku yang sesuai. Tak heran jika apa yang kita lakukan sering mendapat kritik dari orangtua. Para pendidik, khususnya orangtua, kadang mengeluh bahwa kita sudah dianggap dewasa tetapi belum dapat bertanggung jawab, bahkan untuk hal-hal yang ringan sekalipun. Misalnya, untuk bangun pagi dan berangkat ke sekolah saja kita harus dibangunkan oleh orangtua. Pertumbuhan fisik dan pertambahan usia yang kita alami saat ini, sudah seharusnya diikuti dengan perkembangan psikologis dan moral, serta perilaku kea rah yang lebih baik. Seorang remaja seharusnya sudah mampu menampilkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Dia seharusnya sadar dengan segala tindakannya dan juga memiliki kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Memang, harus diakui kadang kita begitu malas untuk melakukan rutinitas seperti belajar, membantu orangtua, atau mandi. Sekalipun demikian, sebagai remaja yang baik kita perlu berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh orangtua dan guru walaupun terkadang hasilnya dianggap masih kurang memuaskan. Usaha yang kita lakukan untuk melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawab menunjukkan kalau kita sudah dewasa. Sebenarnya, sejauh mana kita bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas kita? Sebelum kita berbicara lebih jauh, ada baiknya bila kita memahami dulu apa yang dimaksud dengan tanggung jawab. Sukiat, dalam desertasinya yang berjudul Tanggung Jawab dan Pengukurannya, mengutip definisi tanggung jawab dari Certo yaitu kewajiban untuk menyelesaikan suatu ugas yang telah diterimanya secara untas dengan usaha yang maksimal sesuai kemampuan yang dimiliki. Masih dalam desertasi yang sama, hellziegel mendefinisikan tanggung jawab sebagai suatu kewajiban yang telah disepakati individu untuk diterima sebagai tugas. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah kewajiban untuk menyelesaikan tugas yang telah diterimanya secara tuntas dengan ikhlas melalui usaha yang maksimal serta berani menanggung segala akibatnya. Individu yang bertanggung jawab adalah individu yang memenhi tugas dan kebutuhan dirinya sendiri, serta dapat memenuhi tangung jawab terhadap lingkungan dengan baik, tidak pernah datang terlambat, dan memperoleh nilai yang baik. Prestasi Dina tersebut sesuai dengan harapan orangtua dan guru agar ia menjadi siswa teladan di sekolahnya.
B. Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan dasar untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya. Tanggung jawab terhadap diri sendiri berarti kita melaksanakan tugas dan kewajiban sehari-hari untuk kepentingan diri sendiri secara rutin. Jika kita melalaikan tanggung jawab terhadap diri sendiri, bagaimana mungkin kita dapat melaksanakan tanggung jawab terhadap yang lainnya? Sebagai contoh, siswa yang tidak rajin belajar sehingga memiliki nilai rendah tidak mungkin bisa mewakili perlombaan suatu mata pelajaran. Orang yang terbiasa melaksanakan tanggung jawabnya dengan rela maka tidak akan kesulitanuntuk melakukan tanggung ajwab lainnya. Sebagai contoh, kalian terbiasa membantu pekerjaan orangtua di rumah, ketika ada kerja bakti di sekolah, kalian tidak akan kesulitan untuk mengerjakannya karena telah terbiasa bekerja. Oleh karena itu, kita sebagai remaja yang akan menjadi orang dewasa harus mulai belajar bertanggung jawab karena salah satu cirri manusia dewasa adalah bertanggung jawab.
C. Tanggung Jawab sebagai Anggota Keluarga
Setiap keluarga membutuhkan anggotanya untuk melaksanakan tugas dan peran degnan baik agar keterauran dan keharmonisan dalam keluarga tetap terjaga. Sebagai contoh, ayah bertugas mencari nafkah untuk biaya hidup keluarga, ibu mendidik anak dan mengatur keperluan rumah, anak belajar dengan baik dan membantu pekerjaan ibu di rumah. Selain sebagai bukti cinta pada keluarga, tugas yang dijalankan dengan ikhlas juga menunjukkan kepedulian pada apa yang dirasakan, diinginkan, dan dibutuhkan oleh anggota keluarga yang lain. Jika kita melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota keluarga, berarti pada diri kita ada dorongan untuk meringankan dan memberi kebahagiaan pada semua anggota keluarga. Misalkan ketika kita menggunakan telepon dengan hemat, maka saat itu kita telah meringankan beban orangtua kita dalam membayar rekening telepon. Atau, ketika kita menyiapkan keperluan sekolah sendiri, maka saat itu kita membuat orangtua bahagia karena melihat kita menjadi anak yang mandiri. Salah satu penyebab timbulnya konflik antara anak dan orangtua adalah dilalaikannya tanggung jawab, baik pada tugas sebagai anggota keluarga maupun tugas-tugas untuk kepentingan diri sendir. Pelalaian terhadap tanggung jawab dapat mengakibatkan ketidakteraturan atau munculnya konflik dalam keluarga. Sebagai contoh, anak yang sering terlambat bangun pagi mengakibatkan terlambat datang ke sekolah. Akibatnya, anak tidak boleh mengikuti pelajaran dan orangtua dipanggil ke sekolah. Orangtua pun merasa perlu menasihati anak agar tidak tidur larut malam. Banyak remaja yang berpendapat bahwa orangtua adalah orang yang kuno, tidak pengertian, menyebalkan, atau bahkan dianggap sebagai musuh utama. Akan tetapi, apakah kita pernah berpikir, bagaimana orangtua dapat memberi kebebasan pada kita kalau tanggung jawab terhadap diri sendiri saja tidak ada atau kurang memuaskan? Kita harus bisa membuktikan pada orangtua kalau kita bertanggung jawab, minimal pada diri sendiri sehingga orangtua dapat memberi kebebasan yang kita harapkan. Contohnya, orangtua, melarang anak putrinya keluar atau pergi di waktu malam. Larangan orangtua menjadi wajar apabila anak putrinya memang kurang dapat menjaga dirinya, mudah terpengaruh orang lain, dan tidak bisa memahami arti kebebasan yang diberikan orangtua. Pamela Wspeland dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar Remaja Gaul memberikan 12 cara yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan pada orangtua kalau kita adalah anak yang baik, mandiri, dan sangat bertanggung jawab. Kedua belas cara tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penjelas semua. Pastikan bahwa kita dan orangtua menyetujui batasan, peraturan, dan harapan-harapan yang jelas tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan, apa saja tugas dan tanggung jawab setiap anggota keluarga, apa imbalan atau konsekuensi yang didapat atas pelaksanaan maupun pelalaian tugas dan tanggung jawab yang jelas membantu kita untuk berperilaku sesuai standar yang diharapkan.
2. Buatlah daftar yang memuat sekumpulan tanggung jawab yang sudah disetujui sebelumnya. Tempelkan daftar ini di tempat-tempat yang bisa dilihat semua orang sehingga anggota keluarga tidak perlu bertanya tentang tanggung jawabnya.
3. Buatlah sebuah kontrak. Tuliskan berbagai hal serinci mungkin sebagaimana sebuah kontrak kerja sebagai komitmen antara kamu dan kedua orangtuamu mengenai tanggung jawab dan pelaksanaannya. Kontrak memuat rincian tanggung jawab dan konsekuensi tanggung jawab tersebut.
4. Buatlah sebuah jadwal. Buat jadwal yang memuat aktivitas apa yang pada waktu tertentu harus kamu lakukan dapat membantu mengingatkan akan tugas dan tanggung jawab, terutama jika kita termasuk orang yang pelupa.
5. Saat kamu merasa ragu, mintalah penjelasan. Mintalah penjelasan yang rinci bila kita tidak memahami peraturan atau harapan orangtua agar semua berjalan dengan baik, tanpa ada kebingungan dan kesalahpahaman.
6. Perhatikan tingkah lakumu. Kadang-kadang, kita tidak menyadari kalau kita menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab, seperti nonton TV sampai larut malam yang mengakibatkan kita sulit bangun pagi dan terlambat datang ke sekolah. Introspeksi diri, mengapa orangtua atau guru memarahi kita, apakah kita kurang serius dalam hal-hal tertentu? Kalau ya, kenapa? Bila kita telah menemukan jawabannya, perbaiki perilaku kita secara bertahap.
7. Buatlah sebuah catatan. Buatlah catatan mengenai apa yang harus kita lakukan dengan tulisan yang cukup besar, kemudian disimpan di tempat yang sangat jelas sehinga tidak akan terlewatkan.
8. Lakukan sekarang juga. Jangan biasakan menunda pekerjaan karena bisa saja kita lupa mengerjakannya atau karena menumpuk, akhirnya kita tidak sanggup mengerjakannya.
9. Hadapi “banteng” tepat di depannya. Bersikaplah aktif, laksanakan tanggung jawab, jangan biarkan masalah muncul karena kelalaian kita. Jadi, bila ada orang yang mengatakan kamu tidak bertanggung jawab, kamu dapat meminta penjelasan yang spesifik tentang pernyataannya itu.
10. Beri peringatan jauh hari sebelumnya. Cobalah mengantisipasi masalah yang mungkin timbul sehingga kamu bisa menyiapkan penyelesaiannya sebelum masalah tersebut timbul atau menjadi besar.
11. Terlibat masalah karena kemauan sendiri. Bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan atau lalaikan menunjukkan kedewasaan kita. Orangtua akan menyadari bahwa apa yang kamu lakukan bukan karena kebodohanmu, tapi karena suatu alas an.
12. Teleponlah. Saat kamu tidak pulang sesuai jadwal ang semestinya atau kamu lupa karena terlalu asyik bermain, teleponlah ke rumah sehingga orangtua tidak khawatir. Hal ini akan membuat orangtua berpikir bahwa kamu cukup pintar untuk mengetahui hal-hal yang terbaik untukmu dan juga untuk orangtuamu. Keluarga adalah tempat pendidikan yang utama dan pertama yang bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai moral, termasuk nilai-nilai agama. Di dalam keluarga, seorang anak pertama kali diperkenalkan dengan sopan santun, beribadah, menghargai orang lain, mencintai sesame, bertoleransi, dan sebagainya. Nilai-nolai dasar ini diarapkan dapat tertanam dalam dirinya dan menjadi pedoman dalam hidup anak tersebut ketika dewasa. Nilai-nilai ini akan terpancar saat dia bergaul dengan sesamanya, termasuk dengan orang yang berbeda agama. Sebagai contoh, ketika berteman dengan orang orang yang berbeda agama, dia sadar bahwa mereka berbeda. Oleh karena itu, dia tidak akan melecehkan keyakinan temannya tersebut. dia akan menghargai perbedaan da menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.
No comments:
Post a Comment